Keliling Dunia adalah cita-citaku.Tapi, ayah dan ibuku orang tak mampu.

Menjadi seorang miliarder merupakan impian bagi sebagian besar manusia. Tak ayal, dibutuhkan perjuangan ekstra untuk mencapainya. Termasuk bagi wanita berdarah Batak seperti saya. Sebagai anak dari sopir angkot saya berusaha membalikkan keadaan keluarga. Dari awalnya hidup sederhana, kini berhasil menjadi motivator, penulis, hingga mampu mendirikan yayasan demi memakmurkan kaum wanita.

Hidup di Dekat TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Keluarga saya terhitung sangat miskin. Seusai tamat dari bangku SMA, mama tercinta meninggal saat melahirkan dua bayi kembarnya. Dengan terpaksa saya harus lebih mandiri, dan harus merawat keenam adik-adikku.

Ayah Kabur Dari Rumah dan Depresi.
Setelah ibu kembali kepada Sang Pencipta, membuat ayah begitu terpukul. Ayah mengalami depresi dengan kehilangan keseimbangan melihat kekasih hatinya meninggal. Akhirnya ayah kabur dari rumah, meninggalkan saya yang masih berusia 18 tahun bersama ke enam adik-adikku. Tak ada tabungan yang ditinggalkan ayah, karena dia hanya seorang ayah yang berprofesi sebagai sopir angkot. Kala itu saya hampir menyerah dan ingin bunuh diri. Saat itu saya sangat marah pada Tuhan namun disatu sisi saya tidak tega meninggalkan adik-adikku. Melihat kondisi yang begitu krisis, akhirnya saya mengajak semua adik-adikku yang masih kecil untuk berdiskusi. Dan salah seorang adik kembarku harus dirawat oleh tetangga jauh, sementara bayi satunya meninggal selama masa perawatan.

Bertahan  hidup dengan ke empat adikku yang lainya, Saya harus berjualan jepit rambut. Hasil yang diperoleh tak terlalu banyak. dan saya harus pandai mengatur biaya sekolah, kuliah, dan makan untuk kami berlima. Berusaha Tetap Kuliah
Demi mencukupi kebutuhan, saya diajak teman untuk bekerja sebagai guru les di seluruh penjuru Jakarta. saya berkeliling ke Jakarta Utara, Timur, Barat, Pusat, dan Selatan. Saya berusaha memegang teguh prinsip dari kedua orang tua, meski miskin tetap harus sekolah. Dan pada akhirnya saya bisa menamatkan sarjana di Universitas Kristen Indonesia.

Kerja di Bank lalu Beralih ke agen  Asuransi.
Setelah tamat kuliah, Saya diajak bekerja di bank oleh salah satu ibu dari murid les saya. Cukup lama saya bertahan di balik meja bank. Sekitar 9 tahun tapi ternyata saya merasa tidak cocok. Selanjutnya disarankan oleh suami tercinta untuk berpindah kerja. karena  terngiang dengan pesan suami bahwa kerja jangan untuk cari uang saja, tapi untuk belajar dan harus menyukai pekerjaan itu.

Setelah belasan tahun mengabdi di bagian asuransi, Saya sampai menerima penghargaan dari asosiasi dunia dan menjadi ambassador dari MDRT ( ‘Million Dollar Round Table’.) Berkat penghargaan tersebut, saya beberapa kali menjadi pembicara di Amerika, dan berbagai kota di Indonesia.

Kini keluarga saya benar-benar telah bergulir menjadi sosok miliarder. Belajar dari masa lalu, akhirnya saya mendirikan sebuah yayasan yang dipersembahkan untuk ibunda tercinta yang telah meninggal. Yayasan Maharani Kirana Pertiwi di Cilincing, Yang artinya ‘perempuan yang unggul merupakan cahaya bagi bangsa’. dengan berfokus mengembangkan kemampuan para ibu rumah tangga, baik sebagai seorang istri, ibu, atau wanita karir.

Sumber :  https://www.merdeka.com/trending/esra-manurung-anak-sopir-angkot-kini-jadi-miliarder-hingga-dirikan-yayasan.html